Republik Indonesia, dokter dari Universitas Nasional Hasanuddin di Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. Budu dan istrinya, telah melakukan kunjungan medis ke Rumah Sakit Nagoya Kyoritsu. Setelah kunjungan tersebut, mereka dengan baik hati setuju untuk diwawancarai, dan kami akan mempublikasikannya.
Foto sebelah kiri: Mrs. Tenri Foto sebelah kanan: Dr. Budu
1. Bagaimana pendapat Anda tentang pelayanan dokter di Nagoya Kyoritsu Hospital?
Ibu: “Pelayanannya bagus, dokternya sangat ramah. Penjelasan yang diberikan dokter sangat jelas dan saya bisa melihat upaya dokter dalam menjelaskan agar kami dapat benar-benar mengerti.
Prof. Budu: “Pelayanan di rumah sakit terbagi atas 2 jenis, pelayanan medik dan pelayanan non medik. Saya lihat pelayanan non medik Nagoya Kyoritsu Hospital itu bagus. Dimulai dari penyambutannya yang sangat baik, dan di depan rumah sakit sudah ada staf khusus yang bertugas mengarahkan dan mengantar kami, yang di mana tadi istri saya yang melakukan pemeriksaan, hingga bertemu dengan dokter. Kemudian untuk pelayanan mediknya, meskipun bukan saya yang merasakan, namun saya melihat bahwa pelayanan diagnostic dan peralatan-peralatannya cukup memadai. Tadi saya juga melihat hasilnya melalui computer, dan menurut saya hasilnya cukup mudah untuk dipahami. Dokter juga menjelaskan hasil pemeriksaan secara menyeluruh dan detail. Jadi kami merasa dalam waktu yang tidak terlalu lama, pelayanan bisa cepat selesai. Saya dan istri saya jadi bisa mengerti bagaimana kondisi tubuh istri saya serta bagaimana penanganannya. Saya terus terang merasa sangat puas dengan pelayanan ini.
2. Apakah ada perasaan tidak nyaman yang Anda rasakan selama pemeriksaan?
Ibu: Sejauh ini tidak. Karena semua dijalankan sesuai dengan prosedurnya. Terutama yang membuat saya terkesan, karena saya berulang-ulang kali diminta untuk konfirmasi, termasuk penanda tanganan konfirmasi. Penjelasan dan konfirmasinya dilakukan berulang-ulang kali untuk memastikan pasien benar-benar mengerti dan setuju dengan prosedurnya. Selain itu, Kaikoukai juga menyediakan translator yang membantu saya sehingga informasi yang disampaikan bisa dimengerti.
3. Apakah waktu tunggu yang diberikan lama?
Ibu: Tidak terlalu lama. Waktu dan arahannya jelas. Saya diberitahu walaupun harus menunggu karena ada pasien sebelumnya dan itu tidak lama.
Prof. Budu: “Meski saya bukan pasien, tapi saya mengamati sebagai pendamping istri saya. Jadi tentu saya juga merasakan bagaimana cara staf mengatur jalannya pelayanan, termasuk waktu tunggu. Saya merasa waktu tunggunya sangat singkat. Dimulai dari masuk, pendaftaran, mengisi formulir administrasi, menandatangani formulir persetujuan. Setelah itu kami dibawa ke tempat radiology diagnostic. Tidak lama kemudian, kami dibawa ke ruangan dokter dalam keadaan dokter sudah bersiap di ruangannya. Segala proses penjelasannya juga tidak terlalu lama. Kami diberikan kebebasan untuk bertanya. Artinya, pelayanan Nagoya Kyoritsu Hospital baik dari segi medik dan non-medik, sangat terarah dan cepat.
4. Menurut Anda, apakah ada hal yang perlu kami tingkatkan untuk mengakomodasi pasien asing di masa depan?
Ibu: “Kalau dari saya, dukungan dalam Bahasa Indonesia yang diberikan Kaikoukai itu memang sangat diperlukan, karena tidak semua pasien mengerti Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris. Sehingga proses administrasi dan komunikasi dengan pasien dapat berjalan lebih mudah, dan penjelasannya lebih mudah dimengerti. Jadi, pada bagian itu yang lebih baik dikembangkan. Selain itu, karena ada beberapa pasien yang harus berpuasa terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan, mungkin pihak rumah sakit bisa inisiatif meminta pasien membawa makanan sendiri atau menyediakan makanan secukupnya untuk pasien asing setelah melakukan pemeriksaan. Karena pasien asing mungkin akan kebingungan dimana harus mendapatkan makanan dengan segera setelah melakukan pemeriksaan untuk membantu pemulihan pasien.
Prof. Budu: “Saran saya mungkin tidak terlalu signifikan, tapi tadi proses dari lokasi pendaftaran, lalu ke ruang konsultasi, kemudian menyeberang ke tempat diagnostic, itu tidak terlalu sulit bagi saya yang masih bisa berjalan. Tapi jika ada pasien yang sulit berjalan, bahkan harus diberikan bantuan dulu, mungkin akan kesulitan. Jadi kalau bisa, ada penghubung atau fasilitas khusus untuk menjangkau ruang konsultasi dan diagnostic agar memudahkan pasien.
5. Pesan untuk Kaikoukai
Ibu: “Saya harap Kaikoukai semakin gencar dalam marketing, mempromosikan tentang Kaikoukai lebih jauh lagi, terutama di Indonesia. Kami mungkin mengenal Kaikoukai karena pertemanan, tapi orang lain mungkin tidak tahu tentang Kaikoukai.
Prof. Budu: “Kaikoukai merupakan perusahaan yang menyediakan layanan jasa ke manusia. Manusia sendiri tidak punya batas kepuasan. Sekalipun Kaikoukai, termasuk Nagoya Kyoritsu Hospital ini sudah memberikan layanan yang sangat memadai, tapi harus terus dikembangkan lagi sehingga menjadi perusahaan yang sebaik mungkin.
Comments